BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alamsekitarnya, yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Proses ini antaralain meliputi
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu
matapelajaran IPA adalah programuntuk menanamkan dan mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa,serta mencintai dan menghargai
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.Mata pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebagai bagian dari mata pelajaranIPA di SMA merupakan kelanjutan pelajaran
Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yangmempelajari sifat materi, gerak,
dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi. Selainitu, juga
mempelajari keterkaitan konsep-konsep Fisika dengan kehidupan nyata
danpengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam
danteknologi beserta dampaknya.
Mata pelajaran Fisika di SMA berfungsi
sebagai :
1 .memberikan bekal pengetahuan dasar untuk
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi,
2. mengembangkan dan menggunakan ketrampilan
proses untuk memperoleh, menghayati,mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep
dan hukum-hukum serta asas-asas Fisika,
4. meningkatkan kesadaran siswa tentang
keteraturan alam dan keindahannya sehinggasiswa terdorong untuk mencintai dan
mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa,
5. memupuk
daya kreasi dan kemampuan bernalar,
Pembelajaran fisika yang holistik menuntut
aktivitas-aktivitas kelas berpusat pada siswa, bermakna, dan otentik.
Pembelajaran holistik menggunakan pengetahuan awal, pengalaman, dan minat siswa
dalam pembelajaran serta mendukung pengkonstruksian pengetahuan secara aktif.
Pembelajaran holistik juga menyediakan makna dan tujuan belajar serta
melibatkan para siswa dalam interaksi sosial untuk mengembangkan pengetahuan.
Oleh karena itu, tidak bisa tidak, pembelajaran fisika tetap harus melibatkan
penggunaan laboratorium fisika untuk mendukung proses pembelajaran yang
berlangsung agar merupakan pembelajaran yang unggul.
Penyempurnaan kurikulum sekarang, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, ditujukan untuk mengembangkan sikap ilmiah, kemampuan dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, keterampilan, kemandirian dan
kreatifitas. Model pembelajaran fisika yang dapat mendukung kecakapan-kecakapan
di atas merupakan pembelajaran yang banyak menekankan pada kegiatan
laboratorium fisika. Namun, berdasarkan penelitian Sumadji pada tahun 1989
(Sudarmadi dan A. Hinduan, 2008) ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran fisika
yang berbasis laboratorium fisika tidak dilaksanakan secara ekstensif. Ini
dikarenakan hanya sedikit guru di sekolah menengah yang kompeten dalam
menggunakan laboratorium secara efektif. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala
bagi guru dalam melakukan kegiatan laboratorium fisika diantaranya ialah sarana
laboratorium, pengelolaan laboratorium, serta alat-alat dan bahan praktikum.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan yang sudah diungkapkan di atas,
maka dapat dirumuskan bahwa pembelajaran fisika yang unggul dapat dicapai
dengan melakukan pembelajaran fisika berbasis laboratorium. Mengingat
pemanfaatan laboratorium yang masih minimal dan hambatan-hambatan kegiatan
laboratorium, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika yang unggul perlu
dilakukan upaya pembelajaran lain yang dapat mengganti peran laboratorium yang
sudah ada.
Berdasarkan indikator keberhasilannya, kegiatan ini dapat
berhasil dilaksanakan meskipun juga ditemukan beberapa kendala terutama terkait
dengan tingkat kemahiran para guru menggunakan komputer. Indikator keberhasilan
dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
- Guru sadar akan pentingnya mengajak siswa untuk melakukan pembuktikan konsep-konsep fisika yang dipelajari
- Guru dapat memilih jenis kegiatan untuk mendukung pembelajaran fisika di kelas, yaitu demonstrasi, praktikum atau tugas mandiri terkait dengan konsep yang dipelajari dengan tujuan untuk memperdalam konsep tersebut
- Guru dapat menyusun desain pembelajaran berdasarkan simulasi fisika dalam PhET
- Guru dapat menggunakan simulasi fisika PhET untuk menunjang kegiatan pembelajaran fisika di kelas sehingga pembelajaran fisika menjadi jauh lebih menarik sebab para siswa harus terlibat aktif dengan software simulasi yang ada
- Guru tidak lagi merasa terbatasi fasilitas laboratoriumnya untuk menunjang pembelajaran fisika sebab dapat digantikan oleh simulasi PhET.
Kenyataan
di lapangan dalam proses pembelajaran fisika menunjukkan beberapa kendala,
antara lain kurangnya partispasi guru dalam merancang dan menerapkan berbagai metode
yang relevan dengan situasi kelas, sistem evaluasi yang tidak berdimensi
diagnostik untuk mencari penyebab sulitnya siswa memahami mata pelajaran
fisika, adanya motivasi yang rendah dalam diri siswa karena metode pembelajaran
yang selama ini dikembangkan tidak membuat siswa itu sendiri tertarik dan
merasa takjub bahwa fenomena fisika di sekitarnya begitumempesona untuk
dipelajari, dan masih banyaknya siswa yang terpaksa menghafal pelajarankarena
penjelasan guru tidak membantu siswa untuk mendeskripsikan fisika secara
benar.Tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika akan mengikuti pelajaran
fisika.
Hasil-hasil
evaluasi belajar pun menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas di raport untuk
pelajaran fisika seringkali merupakan nilai yang terendah dibandingkan dengan
pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan
kontribusi terhadap faktor yangmenyebabkan kesan negatif siswa tersebut di
atas.
Kesalahan-kesalahan
yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru fisika adalah sebagai
berikut :
1. Seringkali, fisika disajikan hanya sebagai
kumpulan rumus belaka yang harus dihafalmati oleh siswa, hingga akhirnya ketika
evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak
siswa.
2. Dalam menyampaikan materi kurang
memperhatikan proporsi materi dan sistematikapenyampaian, serta kurang menekankan
pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa.
3. Kurangnya variasi dalam pengajaian serta
jarangnya digunakan alat Bantu yang dapatmemperjelas gambaran siswa tentang
materi yang dipelajari.4.
Kecenderungan
tersebut justru seakan-akan untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering
dilakukan agar siswa tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar
atau guru fisika. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan metode-metode
pembelajaran yang mampu menolong dan relevan dengan kondisi siswa.
Metode
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan siswa yang
memiliki motivasi tinggi, dan sesuai juga dengan siswa yang memiliki motivasi
belajar yang rendah. Metode yang bukan saja memberikan kemudahan bagisiswa
namun juga memudahkan kerja guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Metode dapat
berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat dan rangsangan yang khusus
mengenai isi materi dari mata pelajaran yang telah dipelajari dan contoh-contoh
acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang
diajarkan. Melihat pentingnya penggunaan metode pada setiap proses pembelajaran
seperti yangdikemukakan di atas, maka penulis mencoba menguraikan kefektifan
metode pembelajaran dalam membelajarkan fisika pada siswa.
Salah
satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat
berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi tinggi dalam
dirinya. Kegiatan belajar sangat tergantung kepada motivasi dan karakteristik
individu. Pembelajaran dengan metode discovery memberikan peluang yang lebih
besar terhadap siswa yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengembangkan
kreatifitasnya dalam proses belajar, sebab metode ini menuntut siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara aktif. Pembelajaran
fisika yang berbasis laboratorium dapat dinilai baik dalam hal memunculkan
kreatifitas para siswa terutama dalam mencari masalah yang mereka hadapi
kaitannya dengan pelajaran fisika. Pembelajaran berbasis laboratorium akan
menghasilkan para siswa yang memiliki sikap layaknya seorang ilmuwan seperti, Kritis, Skeptis, dan Objektif.
Laboratorium digunakan sebagai sarana penunjang bagi pembelajaran siswa
terutama bidang fisika yang sangat erat kaitannya dengan percobaan atau
eksperiman yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan
fisika.
BAB
III
PENUTUP
Pembelajaran
fisika berbasis laboratorium ini berguna untuk membangkitkan semangat discovery
(meneliti) para siswa dalam mencari sendiri, merancang sendiri, serta
memperoleh kesimpulan berdasarkan data-data hasil percobaan yang relevan. Hal
ini juga tentu saja berpengaruh pada hasil belajar fisika para siswa yang akan
semakin meningkat manakala siswa dihadapkan dengan persoalan yang sudah tentu
dapat mereka teliti lebih lanjut untuk memperoleh jawaban serta kebenaran yang
objektif.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar