SELAMAT DATANG DAN SILAKAN BERKUNJUNG DI BLOG SAYA, SALAM SUKSES UNTUK ANDA, JANGAN LUPA KOMENTARNYA YA :)

Rabu, 23 Mei 2012

Pembelajaran Fisika Berbasis Laboratorium

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alamsekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Proses ini antaralain meliputi penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu matapelajaran IPA adalah programuntuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa,serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.Mata pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai bagian dari mata pelajaranIPA di SMA merupakan kelanjutan pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yangmempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi. Selainitu, juga mempelajari keterkaitan konsep-konsep Fisika dengan kehidupan nyata danpengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam danteknologi beserta dampaknya.
Mata pelajaran Fisika di SMA berfungsi sebagai :
1    .memberikan bekal pengetahuan dasar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
2.   mengembangkan dan menggunakan ketrampilan proses untuk memperoleh, menghayati,mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep dan hukum-hukum serta asas-asas Fisika,
3.   melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yangdihadapinya,
4.   meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya sehinggasiswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa,
5.   memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar,
Pembelajaran fisika yang holistik menuntut aktivitas-aktivitas kelas berpusat pada siswa, bermakna, dan otentik. Pembelajaran holistik menggunakan pengetahuan awal, pengalaman, dan minat siswa dalam pembelajaran serta mendukung pengkonstruksian pengetahuan secara aktif. Pembelajaran holistik juga menyediakan makna dan tujuan belajar serta melibatkan para siswa dalam interaksi sosial untuk mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu, tidak bisa tidak, pembelajaran fisika tetap harus melibatkan penggunaan laboratorium fisika untuk mendukung proses pembelajaran yang berlangsung agar merupakan pembelajaran yang unggul.
Penyempurnaan kurikulum sekarang, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ditujukan untuk mengembangkan sikap ilmiah, kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, keterampilan, kemandirian dan kreatifitas. Model pembelajaran fisika yang dapat mendukung kecakapan-kecakapan di atas merupakan pembelajaran yang banyak menekankan pada kegiatan laboratorium fisika. Namun, berdasarkan penelitian Sumadji pada tahun 1989 (Sudarmadi dan A. Hinduan, 2008) ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran fisika yang berbasis laboratorium fisika tidak dilaksanakan secara ekstensif. Ini dikarenakan hanya sedikit guru di sekolah menengah yang kompeten dalam menggunakan laboratorium secara efektif. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala bagi guru dalam melakukan kegiatan laboratorium fisika diantaranya ialah sarana laboratorium, pengelolaan laboratorium, serta alat-alat dan bahan praktikum.

   
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan yang sudah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa pembelajaran fisika yang unggul dapat dicapai dengan melakukan pembelajaran fisika berbasis laboratorium. Mengingat pemanfaatan laboratorium yang masih minimal dan hambatan-hambatan kegiatan laboratorium, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika yang unggul perlu dilakukan upaya pembelajaran lain yang dapat mengganti peran laboratorium yang sudah ada.
Berdasarkan indikator keberhasilannya, kegiatan ini dapat berhasil dilaksanakan meskipun juga ditemukan beberapa kendala terutama terkait dengan tingkat kemahiran para guru menggunakan komputer. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
  1. Guru sadar akan pentingnya mengajak siswa untuk melakukan pembuktikan konsep-konsep fisika yang dipelajari
  2. Guru dapat memilih jenis kegiatan untuk mendukung pembelajaran fisika di kelas, yaitu demonstrasi, praktikum atau tugas mandiri terkait dengan konsep yang dipelajari dengan tujuan untuk memperdalam konsep tersebut
  3. Guru dapat menyusun desain pembelajaran berdasarkan simulasi fisika dalam PhET
  4. Guru dapat menggunakan simulasi fisika PhET untuk menunjang kegiatan pembelajaran fisika di kelas sehingga pembelajaran fisika menjadi jauh lebih menarik sebab para siswa harus terlibat aktif dengan software simulasi yang ada
  5. Guru tidak lagi merasa terbatasi fasilitas laboratoriumnya untuk menunjang pembelajaran fisika sebab dapat digantikan oleh simulasi PhET.
Kenyataan di lapangan dalam proses pembelajaran fisika menunjukkan beberapa kendala, antara lain kurangnya partispasi guru dalam merancang dan menerapkan berbagai metode yang relevan dengan situasi kelas, sistem evaluasi yang tidak berdimensi diagnostik untuk mencari penyebab sulitnya siswa memahami mata pelajaran fisika, adanya motivasi yang rendah dalam diri siswa karena metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan tidak membuat siswa itu sendiri tertarik dan merasa takjub bahwa fenomena fisika di sekitarnya begitumempesona untuk dipelajari, dan masih banyaknya siswa yang terpaksa menghafal pelajarankarena penjelasan guru tidak membantu siswa untuk mendeskripsikan fisika secara benar.Tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika akan mengikuti pelajaran fisika.

Hasil-hasil evaluasi belajar pun menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas di raport untuk pelajaran fisika seringkali merupakan nilai yang terendah dibandingkan dengan pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yangmenyebabkan kesan negatif siswa tersebut di atas.
Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru fisika adalah sebagai berikut :
1.   Seringkali, fisika disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafalmati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak siswa.
2.   Dalam menyampaikan materi kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematikapenyampaian, serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa.
3.   Kurangnya variasi dalam pengajaian serta jarangnya digunakan alat Bantu yang dapatmemperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.4.

Kecenderungan tersebut justru seakan-akan untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering dilakukan agar siswa tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar atau guru fisika. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan metode-metode pembelajaran yang mampu menolong dan relevan dengan kondisi siswa.
Metode pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan siswa yang memiliki motivasi tinggi, dan sesuai juga dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Metode yang bukan saja memberikan kemudahan bagisiswa namun juga memudahkan kerja guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Metode dapat berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat dan rangsangan yang khusus mengenai isi materi dari mata pelajaran yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang diajarkan. Melihat pentingnya penggunaan metode pada setiap proses pembelajaran seperti yangdikemukakan di atas, maka penulis mencoba menguraikan kefektifan metode pembelajaran dalam membelajarkan fisika pada siswa.
Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi tinggi dalam dirinya. Kegiatan belajar sangat tergantung kepada motivasi dan karakteristik individu. Pembelajaran dengan metode discovery memberikan peluang yang lebih besar terhadap siswa yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar, sebab metode ini menuntut siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara aktif. Pembelajaran fisika yang berbasis laboratorium dapat dinilai baik dalam hal memunculkan kreatifitas para siswa terutama dalam mencari masalah yang mereka hadapi kaitannya dengan pelajaran fisika. Pembelajaran berbasis laboratorium akan menghasilkan para siswa yang memiliki sikap layaknya seorang ilmuwan seperti, Kritis, Skeptis, dan Objektif. Laboratorium digunakan sebagai sarana penunjang bagi pembelajaran siswa terutama bidang fisika yang sangat erat kaitannya dengan percobaan atau eksperiman yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan fisika.


BAB III
PENUTUP
Pembelajaran fisika berbasis laboratorium ini berguna untuk membangkitkan semangat discovery (meneliti) para siswa dalam mencari sendiri, merancang sendiri, serta memperoleh kesimpulan berdasarkan data-data hasil percobaan yang relevan. Hal ini juga tentu saja berpengaruh pada hasil belajar fisika para siswa yang akan semakin meningkat manakala siswa dihadapkan dengan persoalan yang sudah tentu dapat mereka teliti lebih lanjut untuk memperoleh jawaban serta kebenaran yang objektif.
 BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar