A. Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi
Pada Peserta Didik
Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam
pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya
pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum.
Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
1.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer
dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi,
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan,
strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed
to achieves a particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi para ahli tentang
strategi pembelajaran.
·
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
·
Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang
dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya
tujuan pembelajaran tertentu.
·
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa
strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
·
Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran
dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam
rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut
mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
·
Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la
menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect
instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
1) Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang
banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi
atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya
bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan
digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik
dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung
perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
2)
Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri,
induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan
dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya
berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi.
Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru
mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong
ketertarikan dan keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan
menyelesaikan masalah, (3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan
interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5)
mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah
memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi
pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat
materi dengan cepat.
3) Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing
di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta
didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan
guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan
merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat
belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan
kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang
rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau
kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif.
Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada
kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
4)
Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru.
Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik
yang mandiri dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI
belum dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
5) Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang
pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain
merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain: (1) meningkatkan
partisipasi peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3)
meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi
yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada
proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu
yang panjang.
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu
pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain
tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan
itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga
antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh
hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan
evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Komponen pembelajaran tersebut
antara lain sebagai berikut:
Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru
merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak
keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau
merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain
tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh
guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan
yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta
didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu,
dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan
belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai
tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk
menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam
strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali
harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis
sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen
inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka
dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai
tujuan. Alat
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa
suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat
berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa
diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan,
dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan
lain-lain.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga
bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah
ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi
sumatif dan formatif.
Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan
fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan
hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang
lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat
sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan
mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi
pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen
strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: peserta didik
sebagai raw input, entering behavior peserta didik, dan instrumental
input atau sasaran.
Peserta didik sebagai raw input.
Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan
peserta didik. Untuk itu dalam pembelajaran seorang guru harus memperhatikan
siapa yang dihadapi. Peserta didik pada tingkat sekolah yang sama cenderung
memiliki umur yang sama, sehingga perkembangan intelektual pada umumnya adalah
sama. Dipandang
dari kesamaan ini, maka seorang guru dapat menggunakan metode atau teknik yang
sama dalam membelajarkan peserta didik. Namun demikian di samping persamaan
tersebut, peserta masih mempunyai perbedaan-perbedaan walaupun pada umur yang
relatif sama.
Perbedaan peserta didik tersebut dari segi fisiologisnya
adalah pendengaran, penglihatan, kondisi fisik, juga perbedaan dari segi
psikologisnya. Perbedaan segi psikologis tersebut antara lain adalah IQ, bakat,
motivasi, minat/perhatian, kematangan, kesiapan, dan masih banyak lagi. Kondisi-kondisi
tersebut sangat mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Untuk itu, dalam
menentukan strategi pembelajaran harus diperhatikan hal-hal di atas.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
heterogenitas peserta dalam kelas yang sama adalah seorang guru disarankan
untuk menggunakan multimetode dan multimedia. Hal ini disebabkan masing-masing
metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan dimungkinkan
masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode
dan media tertentu.
Entering Behavior Peserta Didik
Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi pembelajaran
yang sesuai terlebih dahulu harus mengetahui perubahan perilaku,
baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior
peserta didik. Misalnya, apakah tingkat prestasi yang dicapai peserta didik itu
merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan?. Untuk
kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta
didik saat mereka mau masuk sekolah dan saat kegiatan belajar mengajar
dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku peserta didik yang
dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang
dimaksudkan dengan entering behavior peserta didik.
Entering bahavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
·
Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai
bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
·
Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang
memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan
memenuhi syarat, mengadakan pretes sebelum mereka mulai mengikuti
program belajar mengajar.
B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi
Mengetahui pola belajar peserta didik adalah modal bagai
seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran. Robert M. Gagne (1979)
membedakan pola-pola belajar peserta didik ke dalam delapan tipe, yang tiap
tipe merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan
tipe belajar dimaksud adalah: 1) signal , (belajar isyarat), 2) stimulus-response
learning (belajar stimupons), 3) chaining (rantai atau rangkaian),
4) verbal association,(asosiasi verbal), 5) discrimination learning (belajar
diskriminasi), 6) concept learning (belajar konsep), 7) rule learning
(belajar aturan), problem solving (memecahkan masalah).
Kedelapan pertimbangan sebagaimana disebutkan di atas akan
dijelaskan satu per satu secara singkat dan jelas sebagai berikut.
a. Signal Learning (Belajar
Isyarat)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi,
tidak ada persyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju
jenjang belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan
sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary ( tidak
sengaja dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi
emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe
belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak
dan perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali. Signal
learning. Ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov yang
timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum
dan emosional selain timbulnya dengan tidak sengaja dan tidak dapat dikuasai. Contoh:
Aba-aba “Siap!” merupakan suatu signal atau isyarat mengambil sikap
tertentu. Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang. Wajah ibu di sini
merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan senang itu. Melihat ular yang besar
menimbulkan rasa takut. Melihat ular merupakan isyarat yang menimbulkan
perasaan tertentu.
b. Stimulus-Respons Learning
(Belajar Stimulus-respon)
Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition,
maka belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental conditioning atau
belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses belajar bahasa
pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan
untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu antara
stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan
S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Contoh: Anjing dapat diajar “memberi’ salam”.dengan mengangkat kaki
depannya bila kita katakan “Kasih tangan! ” atau “Salam “. Ucapan `kasih
tangan’ merupakan stimulus yang menimbulkan respons `memberi’ salam’ oleh
anjing itu.
c. Chaining (Rantai atau
Rangkaian)
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons)
yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya
tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai
sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip
kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya
proses chaining.
Contoh: Dalam bahasa kita banyak contoh chaining seperti ibu-bapak,
kampung-halaman, selamat tinggal, dan sebagainya. Juga dalam perbuatan kita
banyak terdapat chaining ini, misalnya pulang kantor, ganti baju,
makan malam, dan sebagainya. Chaining terjadi bila terbentuk
hubungan antara beberapa S-R, sebab yang terjadi segera setelah yang satu lagi.
Jadi berdasarkan hubungan conntiguity).
d. Verbal Association
(Asosiasi Verbal)
Baik chaining maupun verbal association, yang
kedua tipe belajar ini, menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu
dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur
sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya. Sebelumnya, ia
harus dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal `bujur sangkar’
sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal ‘bola’, `saya’, dan ‘itu’.
Hubungan itu terbentuk, bila unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang
satu segera mengikuti satu lagi (conntiguity).
e. Discrimination Learning
(Belajar Diskriminasi)
Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik
mengadakan seleksi dan pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus
yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling
sesuai. Kondisi utama berlangsung proses belajar ini adalah anak didik sudah
mempunyai pola aturan melakukan chaining dan association serta
pengalaman (pola S-R)
Contoh:. Guru mengenal peserta didik serta nama masing-masing
karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak itu. Diskriminasi
didasarkan atas chain. Anak misalnya harus mengenal mobil tertentu
berserta namanya. Untuk mengenal model lain diadakannya chain baru
dengan kemungkinan yang satu akan mengganggu yang satunya lagi. Makin banyak
yang dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinan
gangguan atau interference itu, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
f. Concept Learning (Belajar
Konsep)
Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan
ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu
pengertian atau konsep. Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai
kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
Belajar konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia
untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan bahasa. Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan
kemampuannya mengabstraksi. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan
dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar,
jumlah, dan sebagainya. la dapat menggolongkan manusia menurut hubungan
keluarga, seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya; menurut bangsa,
pekerjaan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh
stimulus dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya kita
dapat menyuruh peserta didik dengan perintah: “Ambilkan botol yang di
tengah! ” Untuk
mempelajari suatu konsep, peserta didik harus mengalami berbagai situasi dengan
stimulus tertentu. Untuk itu, ia harus dapat mengadakan diskriminasi untuk
membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu. Proses belajar
konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.
g. Rule Learning (Belajar
Aturan)
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat
ini peserta didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, sintesis,
asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat
menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dipandang sebagai “rule
“: prinsip, daliI, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.
h. Problem Solving (Pemecahan
Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para
peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons
terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik,
yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan
masalah itu berlangsung sebagai berikut: Individu menyadari masalah bila ia
dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya
semacam kesulitan. Langkah-langkah yang memecahkan masalah, adalah sebagai
berikut:
Merumuskan
dan Menegaskan Masalah
Individu melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk
memungkinkan mencari jalan pemecahannya. la menandai aspek mana yang mungkin
dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya
sebagai pegangan.
Mencari
Fakta Pendukung dan Merumuskan Hipotesis
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk
pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian
mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahannya yang dapat
dirumuskan sebagai pertanyaan dan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis).
Mengevaluasi
Alternatif Pemecahan yang Dikembangkan
Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung
ruginya. Selanjutnya
dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling
mungkin (feasible) dan menguntungkan.
Mengadakan
Pengujian atau Verifikasi
Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental
alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktikkan, atau dilaksanakan. Dari hasil
pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang
telah dirumuskan.
Instrumental Input atau Sasaran
Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
Yang termasuk dalam instrumental input antara lain guru, kurikulum,
bahan/sumber, metode, dan media.
Keberadaan instrumental input ini sangat mempengaruhi dalam
menentukan strategi pembelajaran. Misalnya secara teoritis, dipandang dari
tujuannya maka suatu materi harus disajikan dengan menggunakan metode
laboratorium, namun karena tidak adanya media di sekolah tersebut, maka diganti
dengan metode demonstrasi atau yang lainnya.
Strategi pembelajaran yang dterapkan oleh guru akan selalu
bergantung pada sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang
mulai dari yang sangat operasional dan konkrit, yakni Tujuan
Instruksional Khusus dan Tujuan Instruksional Umum, tujuan kurikuler,
tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir
kegiatan pelajaran akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara
serta sasaran-kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan tersebut harus memiliki
kualifikasi: a) pengembangan bakat secara, optimal, b) hubungan antarmanusia,
c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab warga selaku warga negara.
Pandangan hidup para guru maupun peserta didik akan turut
mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya
akan mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian,
serta penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar.
Lingkungan sangat mempengaruhi guru di dalam menentukan
strategi belajar- mengajar. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan
fisik (misalnya iklim, sekolah, letak sekolah, dan lain sebagainya), dan
hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang
lain. Contoh keadaan ini misalnya seharusnya menurut isi materinya seharusnya
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat
sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan
sekolah yang diiorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan
belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut
menentukan lingkungan dalam membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang
baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta didik
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujua yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam
suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi
serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
peserta didik. Sehubungan
dengan hal ini, job description guru dalam implementasi proses belajar-
mengajar sebagai berikut.
·
Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan
kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
·
Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan
fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung
kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar. Menggerakkan anak didik yang
merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar
peserta didik.
·
Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, manbantu,
mengaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan
instruksional yang telah didesain sebelumnya.
·
Penelitian yang lebih bersifat penafsiran penilaian yang mendukung
pengertian lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi
pendidikan.
Kesimpulan
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya
(2008). Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan;
sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat
menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik
itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu
dengan yang lain. Untuk menjamin pencapaian suatu kompetensi yang diharapkan,
tidak pelak guru harus mempunyai strategi pembelajaran. Di sini, strategi
mencerminkan keharusan untuk mempermudah tujuan pembelajaran lebih teknis.
Ada dua hal yang patut dicermati
dari pengertian-pengertian strategi pembelajaran Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Model pembelajaran adalah:
“Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Pendekatan dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur
yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajara
pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan Teknik dan
taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yaitu
cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan
efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Komponen strategi
pembelajaran adalah; guru, siswa, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
pembelajaran, metode, alat, sumber pembelajaran dan evaluasi Komponen-komponen
strategi pembelajaran akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu, semua
komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
strategi pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu peserta didik, sebagai raw input, instrumental
input atau sasaran, enviromental input ( lingkungan).
Daftar Pustaka
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi
Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model,
Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar